Thursday, March 13, 2014

Pembesaran prostat jinak

Penyakit ini biasanya menyerang laki-laki usia 50-80 thn. Seringnya pada usia 60-70 thn. Namun tidak semua laki2 seusia itu memiliki penyakit prostat tsb.
Kalau dianalogikan mungkin bisa seperti halnya uban di kepala. Ada 2 orang yg usianya sama2 sepuh, tp salah satu ubannya lebih banyak. Begitu halnya pembesaran prostat. Ada 2 orang lansia yg seusia namun salah satunya memiliki prostat yg membesar. Saat ini belum diketahui dengan pasti cara pencegahan penyakit ini.

Anatomi prostat



Gejala
- BAK mengedan
- BAK terputus-putus
- Saat di toilet BAK tidak bisa  langsung memancar
- Urin menetes lg sesudah BAK
- BAK sering
- tidak bisa menahan BAK
- sering kebangun malam untuk BAK
- Nyeri saat BAK
Kalau dibiarkan lama kelamaan bisa menjadi retensi urin atau tidak dapat BAK (tersumbat).

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan oleh dokter yg paling utama adalah ditemukannya pembesaran prostat jinak pada colok dubur. Apabila sudah terjadi retensi urin maka dapat ditemukan kandung kemih/buli2 yg membesar.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium biasanya bertujuan untuk menyingkirkan komplikasi dan atau penyakit penyerta lainnya.
Misalnya darah rutin, fungsi ginjal, urin lengkap, PSA (tumor marker) dsb.
Pemeriksaan radiologi yg dilakukan adalah USG untuk menilai besar prostat, volume sisa urin dan kondisi buli2 (apakah disertai batu, tumor, dll)
Ada juga pemeriksaan lainnya seperti uroflowmetri, urodinamik dll pd beberapa RS.

Terapi
Penanganannya bisa dibagi 3, yaitu:
1. Observasi atau pengamatan saja
2. Obat-obatan atau medikamentosa
3. Operasi
Jadi tidak selalu harus operasi. Ada tahapan dan indikasinya. Tergantung dari beratnya keluhan dan komplikasi yg sudah terjadi.

Untuk operasi diindikasikan apabila ada:
1. Retensi urin
2. Batu buli2
3. Divertikel buli2
4. Hematuria atau darah pada urin
5. Infeksi saluran kemih berulang
6. Gangguan fungsi ginjal

Gold standar atau baku emas urolog saat ini untuk operasi pembesaran prostat jinak adalah TURP, yaitu operasi minimal invasif dengan cara endoskopi lewat lubang saluran kencing (uretra).

Ilustrasi TURP

Apa sih urologi itu?

Cukup miris juga ternyata masih banyak masyarakat yang belum tau istilah "Dokter ahli urologi". Contohnya pagi tadi waktu saya mau mengurus asuransi di salah satu bank pemerintah terbesar di Indonesia. Ternyata pegawai bank tersebut tidak tau apa itu dokter spesialis urologi. Selama ini yg dia tau spesialis neurologi, orthopedi, internis dsb.
Kalau dipikir kembali rasanya tidak mengherankan juga karena jumlah dokter urologi di Indonesia saat ini hanya kurang dr 300 orang. Beda halnya dgn spesialis lain yg mungkin sdh ribuan dokter.
Mungkin saya akan menjelaskan sedikit dari apa saja pekerjaan yg ditangani oleh dokter urologi disini. Dokter spesialis urologi (dari kata uro: urin dan logi: ilmu) atau disebut urolog, menangani penyakit saluran kencing dan reproduksi pria yg memerlukan pembedahan, namun ada juga  beberapa penyakit yg ditangani tanpa pembedahan.
Urolog saat ini cenderung melakukan operasi dgn cara bedah minimal invasif, artinya pembedahan dgn luka sayatan yg minimal bahkan tanpa luka sayat sama sekali.
Jadi kalau ada pasien batu ginjal misalnya, bisa saja dioperasi tanpa luka sayat sama sekali..