Di
Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari
jumlah pasien di klinik urologi. Penanganannya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu letak batu, ukuran batu,
adanya komplikasi/penyulit dan komposisi
batu. Hal ini yang akan menentukan macam penanganan yang diputuskan. Misalnya cukup di lakukan observasi/konservatif, menunggu
batu keluar spontan, atau melakukan intervensi aktif.
Terapi konservatif (non operatif)
Diindikasikan untuk batu yang mempunyai diameter < 5 mm. batu dalam ukuran ini bisa keluar spontan. Karena itu dimungkinkan untuk pilihan terapi
konservatif berupa :
- Minum sehingga jumlah urin 2 liter/ hari
- Obat pengurang rasa nyeri, dan
- Obat2an lain yang dapat membantu pengeluaran batu
Batas lama terapi konservatif adalah 6
minggu. Di samping ukuran batu syarat lain untuk terapi konservatif adalah berat ringannya
keluhan pasien, ada tidaknya infeksi dan lain2. Bila terdapat keluhan nyeri yang berat dan juga penyulit lain, pasien seperti ini harus segera dilakukan intervensi aktif.
Tempat tersering batu saluran kemih menyumbat
TERAPI NON INVASIF
Saat ini terdapat terapi batu saluran kemih dengan gelombang kejut (ESWL). ESWL banyak digunakan dalam penanganan
batu saluran kencing. Prinsip dari SWL adalah memecah batu saluran kencing
dengan menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh.
Gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin di luar tubuh dapat difokuskan ke arah
batu dengan berbagai cara. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi akan
melepas energinya. Diperlukan beberapa ribu kali gelombang kejut untuk memecah
batu hingga menjadi pecahan-pecahan kecil, agar supaya bisa keluar bersama
kencing tanpa menimbulkan sakit.
Komplikasi
ESWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Tetapi ESWL mempunyai beberapa
keterbatasan, antara lain bila batunya keras sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. Juga pada orang
gemuk mungkin akan kesulitan.
Ilustrasi ESWL